Monday, June 3, 2013

alat ukur non test




Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmatnya kepada Penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Evaluasi Manajemen Pendidikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan kali ini penyusun akan menjelaskan hal yang terkait dengan mata kuliah tersebut salah satunya adalah Alat Ukur Non Tes .

Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terkait dalam penyusunan karya ilmiah ini, kepada kedua orang tua, dosen pembimbing, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penyusun juga mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apa bila ada kesalahan dalam penulisan maupun penyampaian dalam karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penyusun pribadi dan umumnya kepada  para pembaca yang budiman.

Terimakasih.



Bandung,     Mei 2013



 Rosyid Nur Eka Putra,S.Pd.I.




DAFTAR ISI


Kata Pengantar .........................................................................................         
Daftar Isi              .........................................................................................         
Bab 1 Pendahuluan....................................................................................         
Bab 2 Pembahasan....................................................................................         
Bab 3 Penutup  .........................................................................................         
Daftar Pustaka  .........................................................................................         




BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian/evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang direncanakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandungkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Nana Sudjana (1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteri tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

1.2   Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas kita dapat mengambil beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1.    Apa yang dimaksud dengan evaluasi?
2.    Apa peranan, prinsip, sasaran, serta proedur evaluasi?
3.    Apa saja jenis evaluasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar?
4.    Apa yang dimaksud dengan teknik sosiometri?

1.3   Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi.
2.    Mengetahui peranan, prinsip, prosedur, dan sasaran evaluasi
3.    Mengetahui jenis evaluasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
4.    Mengetahui teknik sosiometri.

1.4   Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah kali ini penulis menggunakan salah satu metode yang sering digunakan. Yaitu, metode kualitatif, dengan melihat sumber-sumber dari buku, media dan lain sebagainya.

1.5 Sistematika Penulisan

                Karya ilmiah ini disusun secara sistematis, terdiri dari 3 bab,  … lembar ( … lembar cover, …  lembar kata pengantar,  … lembar daftar isi, … lembar Bab I, … lembar Bab II, … lembar Bab III, … lembar daftar pustaka),halaman penjelasan, yang disusun dalam kertas jenis HVS berukuran A4 (21cm x 29,7cm), menggunakan type huruf Calibri (body) dan menggunakan ukuran huruf 11 & 12.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar

2.1.1 Pengertian Evaluasi
                Evaluasi berasal dari bahasa ingrris evaluation, yaitu tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu, atau dapat diartikan sebagai tindakan untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan. Seperti yang sudah disebutkan dalam pendahuluan bahwa Evaluasi adalah kegiatan yang direncanakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandungkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Nana Sudjana (1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteri tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
                Sejauh mana keberhasilan seseorang memberikan materi dan sejauh mana siswa menyerap materi yang disajikan dapat diperoleh hasilnya melalui evaluasi. Suke Silverius (1991) Menjelaskan, evaluasi yang baik haruslah didasarkan pada tujuan pembelajaran (instructional) yang diterapkan oleh pendidik dan kemudian benar-benar diusahakan pencapaiannya oleh pendidik dan peserta didik.
                Jika seorang pendidik merasa bertanggung jawab atas penyempurnaan pendidikannya, ia harus mengevaluasi pendidikannya itu agar mengetahui perubahan apa yang seharusnya dilakukan. Seseorang pendidik perlu untuk mengevaluasi penyempurnaan pendidikannya dan peserta didiknya (Popham & Baker, 2001).
Evaluasi merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar karena dalam evaluai dapat ditentukan tinkat keberhasilan suatu program, sekaligus dapat diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu program.
Evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai jarak antara situasi yang ada dan situasi yang diharapkan. Dengan demikian, salah satu ciri yang penting dalam kegiatan evaluasi adalah adanya kriteria yang dijadikan dasar dalam menarik kesimpulan mengenai objek yang diobservasi. Dengan kata lain evaluasi dapat pula dikatakan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteri karena evaluasi adalah proses mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka memuat keputusan.
Menurut UU Sisdiknas RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (21) Menyebutkan Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dan  Pasal 5 Ayat (1) : Evaluasi dilakukan dalam pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan.

2.1.2 Fungsi Evaluasi

Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komonen yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar peserta didik, tetapi juga memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti setiap evaluasi adalah pengadaan informasi bagi pihak pengelola proses belajar mengajar untuk membuat macam-macam keputusan. Dalam rangka inilah evaluasi memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
1.       Untuk mengetahui tercapa atau tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
2.       Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikunya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3.       Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar, bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan dikuasainya, dan bagi masyarakat untuk mengetahui hasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
Kemudian fungsi evaluasi juga :
1.       Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remidial bagi peserta didik.
2.       Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
3.       Untuk menempatkan peserta didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
4.       Untuk mengenal latar belakang peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 58 (1) evaluasi hasil belajar  peserta didik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
                M.Sobry Sutikno (2005) menyebutkan diantara kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut:
1.       Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2.       Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
3.       Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar,
4.       Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik.
5.       Membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan kemampuan peserta didik.
6.       Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum.
7.       Mengetahui status akademis seorang murid dalam kelompok.
8.       Mengetahui efisiensi metode mengajar yang digunakan.
9.       Memberikan laporan kepada murid dan orang tua.
10.   Sebagai alat motivasi belajar mengajar.
11.   Mengetahui efektivitas cara belajar dan mengajar, apakah yang dilakukan guru benar-benar tepat atau tidak baik yang berkenaan dengan sikap guru maupun sikap murid.
12.   Merupakan bahan feed back (umoan balik) bagi murid, guru, dan program pengajaran.

2.1.3 Peranan Evaluasi

Evaluasi dalam proses belajar mengajar bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai. Karena tujuan pendidikan pada umumnya bersifat kompleks, maka evaluasinyapun tidak mungkin sederhana. Dalam mengevaluasi, tujuan yang hendak dicapai perlu diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
1.       Hasil belajar yang merupakan pengetahuan dan pengertian.
2.       Hasil belajar dalam bentuk sikap dan kelakuan.
3.       Hasil belajar dalam bentuk kemampuan untuk diamalkan.
4.       Hasil belajar dalam bentuk keterampilan serta yang dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari.
Untuk menilai hasil belajar yang beraneka ragam itu diperlukan berbagai macam alat evaluasi, dan evaluasi harus berkesinambungan, tidak hanya dilakukan pada akhir suatu unit pelajaran. Evaluasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses belajar mengajar. Antara tujuan, proses belajar mengajar, dan evaluasi terdapat hubungan yang erat. Kekuarangannya atau kelemahannya pada salah satu aspek akan mempengaruhi aspek lainya. Oleh karena itu, apapun yang diajarkan harus dinilai untuk mengetahui hingga mana hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Evaluasi

                Evaluasi adalah penilaian pada suatu aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek lainnya sehingga diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh yang ditinjau dari berbagai segi. Evaluasi diartikan sebagai suatu proses penilaian tentang keberhasilan tujuan-tujuan pendidikan yang dapat dicapai.
                Berhubungan dengan itu, dalam pelaksanaan evaluasi perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai dasar pelaksanaan penilaian. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif.
2.       Evaluasi harus dibedakan antara penskoran dengan penilaian.
3.       Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan dua macam penilaian yaitu penilaian yang Norm Referenced dan yang Orientation eferenced.
4.       Pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.
5.       Penilaian hendaknya bersifat komparabel.
6.       Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi peserta didik dan bagi pengajar sendiri.
Penilaian dapat berhasil jika dilakukan sesuai prinsip-prinsip berikut:
1.       Prinsip kesinambungan (kontinuitas): penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan.
2.       Prinsip menyeluruh: penilaian harus mengumpulkan data mengenai seluruh aspek kepribadian.
3.       Prinsip objektif: penilaian diusahakan harus dilakukan seobjektif mungkin.
4.       Prinsip sistematis: penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.
Dalam proses belajar mengajar evaluasi bukanlah suatu proses pekerjaan tambal sulam, melainkan merupakan satu komponen disamping materi atau bahan, kegiatan belajar mengajar, alat pengajaran, sumber dan metode yang semuanya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar yang telah dirumuskan.

2.1.5 Sasaran Evaluasi

                Langkah yang harus ditempuh guru dalam mengadakan evaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi tersebut. Sasaran evaluasi ini penting diketahui supaya memudahkan guru dalam menyusun alat-alat evaluasinya. Pada umumnya ada 3 pokok sasaran evaluasi yaitu:
1.       Tingkah laku peserta didik.
Artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan peserta didik itu sendiri sebagai akibat dari proses belajar mengajar.
2.       Isi pendidikan.
Artinya penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
3.       Hal yang menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri.
Artinya bahwa proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara objektif dari guru, sebab baik atau tidaknya proses belajar mengajar akan menentukan baik atau tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.
                Ketiga sasaran diatas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasaan materi semata-mata, tetapi juga harus dinilai segi-segi perubahan tingkah laku dalam proses belajar mengajar.
                Dengan menetapkan sasaran diatas, maka seorang guru akan mudah menetapkan alat-alat evaluasinya. Adapun segi-segi yang diukur dalam evaluasi ini adalah sebagai berikut:
1.       Kedudukan akademis setiap peserta didik, baik dibandingkan dengan teman sekelasnya, sekolahnya, maupun dengan sekolah-sekolah lain.
2.       Kemajuan belajar dalam suatu mata pelajaran tertentu, misalnya tauhid, tarkh, fikih dan lain-lain.
3.       Kelemahan dan kelebihan yang dimiliki peserta didik.
Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tida, yakni: ranah kognitif, ranah efektif, fan ranah psikomotorik (Davies, 1986:97; Jarolimek dan Foster, 1981 : 148).

2.1.6 Prosedur Evaluasi

                Prosedur evaluasi dapat dibagi atas beberapa langkah, langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Perencanaan
b.      Pengumpulan data
c.       Verivikasi data
d.      Analisis
e.      Penafsiran data
Masalah pertama yang harus dilakukan dalam langkah perencanaan ialah merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dilaksanakan dalam suatu proses belajar mengajar yang didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai dalam program belajar mengajar tersebut.
Setelah diketahui tujuan instruksional yang akan dicapai maka masalah yang kedua adalah menetapkan aspek-aspek yang harus dinilai. Penentuan aspek yang harus dinilai ditentukan oleh tujuan evaluasi yang dilaksanakan, yakni untuk memperoleh bahan informasi yang cukup lengkap tentang peserta didik dengan sendirinya harus diadakan evaluasi terhadap sejumlah aspek tertentu.
Masalah ketiga adalah menentukan metode evaluasi yang akan dipergunakan. Alat evaluasi ditentukan oleh metode evaluasi yang dipergunakan. Apabila alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan cukup tersedia, maka tinggal memilih salah satu dari alat tersebut, sedangkan apabila alat tersebut belum tersedia, maka harus disusun sendiri alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan.
Masalah evaluasi alat-alat evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses evaluasi karena tepat tidaknya data yang diperoleh sagat bergantung pada baik tidaknya alat-alat evaluasi yang digunakan.
Masalah kelima adalah menentukan kriteria yang digunakan. Setelah alat-alat evaluasi dipilih dan disusun serta telah ditetapkan kriterianya, maka selanjutnya ditentukan frekuensi evaluasinya.
Dalam proses belajar mengajar, pedoman yang tepat untuk dipergunakan dalam menetapkan frekuensi evaluasi adalah susunan bahan pelajaran. Jika suatu bahan pelajaran terdiri dari empat unit misalnya, maka evaluasi terhadap bahan pelajaran itu paling sedikit harus dilaksanakan pada setiap akhir satu unit.
Langkah-langkah pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa sublangkah, yaitu pelaksanaan evaluasi, pemeriksaan hasil-hasil evaluasi dan pemberian tanda-tanda tertentu yang tidak bermakna kuantitatif. Pemberian skor berarti pemberian tanda-tanda tertentu yang diberi makna kuantitatif.
Data yang diperoleh dalam pengumpulan data masih merupakan data mentah yang belum dapat diberikan gambaran yang jelas. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dari evaluasi yang diberikan , maka kode atau skor yang diperoleh harus dianalisis lebih lanjut.
Sehubungan dengan ini maka teknik-teknik mengolah data perlu diperhatikan. Teknik data atau analisis data biasanya diklasifikasi menjadi dua macam, yaitu pengolahan data secaa statistik dan pengolahan data bukan statistik. Pengolahan data jenis mana yang dipergunakan antaranya tergantung pada jenis data yang diolah.
Pemerian interprestasi merupakan pernyataan tentang hasil pengolahan data. Interprestasi tentang hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang disebut dengan norma. Norma ini ditetapkan atau disiapkan terlebih dahulu secara rasional sebelum suatu evaluasi dilaksanakan, tetapi dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan evaluasi.
Penggunaan hasil-hasil evaluasi merupakan pokok dari seluruh prosedur evaluasi dan bergantung pada tujuan evalusi yang dilakukan.
Ada juga yang menyebutkan bahwa prosedur pelaksanaan evaluasi adalah:
1.       Penyusunan rancangan
2.       Penyusunan instrumen
3.       Pengumpulan data
4.       Analisis data
5.       Penyusunan laporan.

2.2 Evaluasi Nontes

                Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu evaluasi tes dan nontes, kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai ketiga sasaran evaluasi yang dikemukakan diatas. Tetapi pada kesempatan kali ini penulis hanya akan menerangkan mengenai evaluasi non tes.

2.2.1 Evaluasi Non Tes

                Evaluasi non tes lebih sesuai untuk dipergunakan untuk menilai aspek tingkah laku, alat untuk evaluasi jenis ini antara lain:
a.       Observasi
Yakni pengamatan pada tingkah laku pada saat situasi tertentu. Observasi dalam situasu yang sebenarnya atau observasi langsung dan bisa pula dalam situasi buatan atau observasi tidak langsung. Kedua observasi ini dapat dilaksanakan secara sistematis, yakni dengan menggunakan pedoman observasi dan bisa pula tanpa pedoman.
Secara umum observasi dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Untuk melaksanakan observasi bisa dilakukan secara langsung oleh observer (observasi langsung), bisa melalui perwakilan atau perantara, baik teknik maupun alat tertentu (observasi tidak langsung), dan bisa juga dilakukan observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Dilihat dari kerangka kerja, observasi dapat dibedakan sebagai berikut:
-          Observasi berstruktur. Semua aktivitas petugas observasi telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibaasi dengan jelas dan tegas
-          Observasi tak berstruktur. Semua aktivitas petugas observasi hanya dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Kegagalan petugas observasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
b.      Wawancara
Yakni berkomunikasi antara yang mewawancara dengan subjek yang diwawancara. Untuk memudahkan pelaksanaan perlu disediakan pedoman wawancara berupa pokok-pokok yang akan ditanyakan. Ada dua jenis wawancara berstruktur, yaitu:
-          Wawancara terpimpin yang dikenal dengan wawancara berstruktur.
-          Wawancara tidak terpimpin yang dikenal dengan wawancara bebas.
Tujuan dari wawancara adalah: a. untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu; b. untuk melengkapi penyelidikan ilmiah; c. untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
c.       Studi Kasus / Skala Sikap
Yakni mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus-menerus untuk melihat perkembangannya. Dan juga merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai sikap suatu objek. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarya. Baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu.
Untuk mngatur sikap, dapat dilakukan dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Ada dua bentuk pernyataan sikap yang menggunakan skala likert ini, yaitu bentuk pernyataan positif untuk mengukur sikap positif dan bentuk pernyataan negatif untuk mengukur sikap negatif.
Pengukuran sakala sikap berbentuk pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2,1 sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4, dan 5 atau -2,-1,0,1,dan 2. Bentuk jawaban skala likert ialah; sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
d.      Skala Penilaian
Yakni salah satu alat penilaian yang menggunakan skala yang telah disusun dari ujung yang negatif sampai dengan ujung yang positif sehingga pada skala tersebut sipenilai tinggal membubuhi tanda cek saja.
e.      Chek List
Hampir sama dengan skala penilaian, hanya pada skala ini tidak perlu disusun kriteria dari negatif sampai yang positif, tetapi bukan dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan diminta dari yang dievaluasi.
f.        Inventory
Yaitu pertanyaan dimana yang ditanyakan tinggal memilih alternatif jawaban diantara setuju, kurang setuju, dan tidak setuju.
Bentuk non tes ini adalah untuk mengetahui sikap yang dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan program bidang studi.
Achievment test yang biasanya dilakukan oleh guru dalam melaksanakan dapat dibagi menjadi dua golongan yakni tes lisan (oral tes) dan tes tertulis (written tes). Test tertulis dibagi atas tes esai dan tes objektif. Yang dimaksud dengan tes esai adalah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan, yang jawabannya merupakan karangan atau kalimat yang panjang. Panjangnya kalimat tes itu relatif sesuai dengan kecakapan dan pengetahuan penjawab. Sedangkan yang dimaksud dengan tes objektif ialah tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor yang sama. Bentuk tes objektif ada bermacam-macam, diantaranya:
a.        Compleion type tes, yang terdiri atas:
1.       Tes melengkapi.
2.       Mengisi titik-titik dalam kalimat yang dikosongkan.
b.      Selection type test, yang terdiri atas:
1.       True-false (benar-salah).
2.       Muliple choise (pilihan ganda).
3.       Matching (menjodohkan).
Dalam proses belajar mengajar agama terdapat bentuk tes lain dalam pelaksanaan evaluasi, yakni dengan:
a.       Bentuk ikhtisar,
b.      Bentuk laporan,
c.       Bentuk khusus dalam pelajaran.
Bentuk tes tersebut maksudnya adalah untuk mengukur segi kognitif yang telah dimiliki oleh para peserta didik. Sedangkan tes perbuatan adalah untuk mengetahui segi psikomotor yang dimiliki oleh para peserta didik setelah menempuh program tertentu, adapun tekni pelaksanaannya adalah dengan:
a.       Demonstrasi.
b.      Melakukan kegiatan-kegiatan praktis.
c.       Mencoba mengerjakan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.