Puji
Syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmatnya kepada Penyusun
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Evaluasi Manajemen
Pendidikan tepat pada waktunya.
Pada
kesempatan kali ini penyusun akan menjelaskan hal yang terkait dengan mata
kuliah tersebut salah satunya adalah Alat Ukur Non Tes .
Tak
lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terkait
dalam penyusunan karya ilmiah ini, kepada kedua orang tua, dosen pembimbing,
dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penyusun
juga mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apa bila ada kesalahan dalam
penulisan maupun penyampaian dalam karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini
berguna dan bermanfaat khususnya bagi penyusun pribadi dan umumnya kepada para pembaca yang budiman.
Terimakasih.
Bandung, Mei 2013
Rosyid Nur Eka Putra,S.Pd.I.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar .........................................................................................
Daftar
Isi .........................................................................................
Bab
1 Pendahuluan....................................................................................
Bab
2 Pembahasan....................................................................................
Bab
3 Penutup .........................................................................................
Daftar
Pustaka .........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan
pembelajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian/evaluasi. Evaluasi adalah
kegiatan yang direncanakan untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrumen dan membandungkan hasilnya dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Nana Sudjana (1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada
dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteri
tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan
dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas kita dapat mengambil beberapa rumusan masalah,
diantaranya:
1.
Apa yang dimaksud dengan evaluasi?
2.
Apa peranan, prinsip, sasaran, serta proedur
evaluasi?
3.
Apa saja jenis evaluasi yang digunakan dalam
proses belajar mengajar?
4.
Apa yang dimaksud dengan teknik sosiometri?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi.
2.
Mengetahui peranan, prinsip, prosedur, dan
sasaran evaluasi
3.
Mengetahui jenis evaluasi yang digunakan dalam
proses belajar mengajar.
4.
Mengetahui teknik sosiometri.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah kali ini penulis menggunakan salah satu metode yang
sering digunakan. Yaitu, metode kualitatif, dengan melihat sumber-sumber dari
buku, media dan lain sebagainya.
1.5 Sistematika Penulisan
Karya
ilmiah ini disusun secara sistematis, terdiri dari 3 bab, … lembar ( … lembar cover, … lembar kata pengantar, … lembar daftar isi, … lembar Bab I, … lembar
Bab II, … lembar Bab III, … lembar daftar pustaka),halaman penjelasan, yang
disusun dalam kertas jenis HVS berukuran A4 (21cm x 29,7cm), menggunakan type
huruf Calibri (body) dan menggunakan ukuran huruf 11 & 12.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar
2.1.1 Pengertian
Evaluasi
Evaluasi berasal dari bahasa
ingrris evaluation, yaitu tindakan atau proses untuk menentukan nilai
sesuatu, atau dapat diartikan sebagai tindakan untuk menentukan nilai segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan. Seperti yang sudah disebutkan
dalam pendahuluan bahwa Evaluasi adalah kegiatan yang direncanakan untuk
mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandungkan
hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Nana Sudjana
(1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau
harga atau nilai berdasarkan kriteri tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam
rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Sejauh mana keberhasilan
seseorang memberikan materi dan sejauh mana siswa menyerap materi yang
disajikan dapat diperoleh hasilnya melalui evaluasi. Suke Silverius (1991)
Menjelaskan, evaluasi yang baik haruslah didasarkan pada tujuan pembelajaran (instructional)
yang diterapkan oleh pendidik dan kemudian benar-benar diusahakan pencapaiannya
oleh pendidik dan peserta didik.
Jika seorang pendidik merasa
bertanggung jawab atas penyempurnaan pendidikannya, ia harus mengevaluasi
pendidikannya itu agar mengetahui perubahan apa yang seharusnya dilakukan.
Seseorang pendidik perlu untuk mengevaluasi penyempurnaan pendidikannya dan
peserta didiknya (Popham & Baker, 2001).
Evaluasi merupakan bagian penting dalam proses belajar
mengajar karena dalam evaluai dapat ditentukan tinkat keberhasilan suatu
program, sekaligus dapat diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu program.
Evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
jarak antara situasi yang ada dan situasi yang diharapkan. Dengan demikian,
salah satu ciri yang penting dalam kegiatan evaluasi adalah adanya kriteria
yang dijadikan dasar dalam menarik kesimpulan mengenai objek yang diobservasi.
Dengan kata lain evaluasi dapat pula dikatakan sebagai proses membandingkan
situasi yang ada dengan kriteri karena evaluasi adalah proses mendapatkan
informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka memuat
keputusan.
Menurut UU
Sisdiknas RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (21) Menyebutkan Evaluasi pendidikan adalah
kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dan Pasal 5 Ayat (1) : Evaluasi dilakukan
dalam pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya
terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan.
2.1.2 Fungsi Evaluasi
Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komonen yang penting dan
tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evaluasi tidak
hanya mempunyai makna bagi proses belajar peserta didik, tetapi juga memberikan
umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti setiap
evaluasi adalah pengadaan informasi bagi pihak pengelola proses belajar
mengajar untuk membuat macam-macam keputusan. Dalam rangka inilah evaluasi
memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
1.
Untuk mengetahui tercapa atau tidaknya tujuan
instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan
tingkah laku.
2.
Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan
berikunya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan
segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3.
Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur
keberhasilan proses belajar mengajar, bagi peserta didik berguna untuk
mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan dikuasainya, dan bagi masyarakat
untuk mengetahui hasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
Kemudian fungsi evaluasi juga :
1.
Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai
dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remidial
bagi peserta didik.
2.
Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil
belajar.
3.
Untuk menempatkan peserta didik dalam situasi
belajar mengajar yang tepat.
4.
Untuk mengenal latar belakang peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar.
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 58 (1)
evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan.
M.Sobry Sutikno (2005)
menyebutkan diantara kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah
dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2.
Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang
siswa dalam kelompok kelasnya.
3.
Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
melakukan perbaikan proses belajar mengajar,
4.
Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual
peserta didik.
5.
Membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan
dan kemampuan peserta didik.
6.
Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan
kurikulum.
7.
Mengetahui status akademis seorang murid dalam
kelompok.
8.
Mengetahui efisiensi metode mengajar yang
digunakan.
9.
Memberikan laporan kepada murid dan orang tua.
10.
Sebagai alat motivasi belajar mengajar.
11.
Mengetahui efektivitas cara belajar dan
mengajar, apakah yang dilakukan guru benar-benar tepat atau tidak baik yang
berkenaan dengan sikap guru maupun sikap murid.
12.
Merupakan bahan feed back (umoan balik)
bagi murid, guru, dan program pengajaran.
2.1.3 Peranan Evaluasi
Evaluasi dalam proses belajar mengajar bertalian dengan tujuan yang
hendak dicapai. Karena tujuan pendidikan pada umumnya bersifat kompleks, maka
evaluasinyapun tidak mungkin sederhana. Dalam mengevaluasi, tujuan yang hendak
dicapai perlu diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
1.
Hasil belajar yang merupakan pengetahuan dan
pengertian.
2.
Hasil belajar dalam bentuk sikap dan kelakuan.
3.
Hasil belajar dalam bentuk kemampuan untuk diamalkan.
4.
Hasil belajar dalam bentuk keterampilan serta
yang dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari.
Untuk menilai hasil belajar yang beraneka ragam itu diperlukan berbagai
macam alat evaluasi, dan evaluasi harus berkesinambungan, tidak hanya dilakukan
pada akhir suatu unit pelajaran. Evaluasi merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam suatu proses belajar mengajar. Antara tujuan, proses belajar
mengajar, dan evaluasi terdapat hubungan yang erat. Kekuarangannya atau
kelemahannya pada salah satu aspek akan mempengaruhi aspek lainya. Oleh karena
itu, apapun yang diajarkan harus dinilai untuk mengetahui hingga mana hasil
yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
2.1.4 Prinsip-Prinsip Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian pada
suatu aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek lainnya sehingga diperoleh
suatu gambaran yang menyeluruh yang ditinjau dari berbagai segi. Evaluasi
diartikan sebagai suatu proses penilaian tentang keberhasilan tujuan-tujuan
pendidikan yang dapat dicapai.
Berhubungan dengan itu, dalam
pelaksanaan evaluasi perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai dasar
pelaksanaan penilaian. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil
pengukuran yang komprehensif.
2.
Evaluasi harus dibedakan antara penskoran dengan
penilaian.
3.
Dalam proses pemberian nilai hendaknya
diperhatikan dua macam penilaian yaitu penilaian yang Norm Referenced
dan yang Orientation eferenced.
4.
Pemberian nilai hendaknya merupakan bagian
integral dari proses belajar mengajar.
5.
Penilaian hendaknya bersifat komparabel.
6.
Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas
bagi peserta didik dan bagi pengajar sendiri.
Penilaian dapat berhasil jika dilakukan sesuai
prinsip-prinsip berikut:
1.
Prinsip kesinambungan (kontinuitas): penilaian
hendaknya dilakukan secara berkesinambungan.
2.
Prinsip menyeluruh: penilaian harus mengumpulkan
data mengenai seluruh aspek kepribadian.
3.
Prinsip objektif: penilaian diusahakan harus
dilakukan seobjektif mungkin.
4.
Prinsip sistematis: penilaian harus dilakukan
secara sistematis dan teratur.
Dalam proses belajar mengajar evaluasi bukanlah suatu proses pekerjaan
tambal sulam, melainkan merupakan satu komponen disamping materi atau bahan,
kegiatan belajar mengajar, alat pengajaran, sumber dan metode yang semuanya
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar yang telah
dirumuskan.
2.1.5 Sasaran Evaluasi
Langkah yang harus ditempuh guru
dalam mengadakan evaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi
tersebut. Sasaran evaluasi ini penting diketahui supaya memudahkan guru dalam
menyusun alat-alat evaluasinya. Pada umumnya ada 3 pokok sasaran evaluasi
yaitu:
1.
Tingkah laku peserta didik.
Artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat,
perhatian, keterampilan peserta didik itu sendiri sebagai akibat dari proses
belajar mengajar.
2.
Isi pendidikan.
Artinya penguasaan materi pelajaran yang diberikan
oleh guru dalam proses belajar mengajar.
3.
Hal yang menyangkut proses belajar mengajar itu
sendiri.
Artinya bahwa proses belajar mengajar perlu
diberi penilaian secara objektif dari guru, sebab baik atau tidaknya proses
belajar mengajar akan menentukan baik atau tidaknya hasil belajar yang dicapai
oleh peserta didik.
Ketiga sasaran diatas harus
dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasaan
materi semata-mata, tetapi juga harus dinilai segi-segi perubahan tingkah laku
dalam proses belajar mengajar.
Dengan menetapkan sasaran
diatas, maka seorang guru akan mudah menetapkan alat-alat evaluasinya. Adapun
segi-segi yang diukur dalam evaluasi ini adalah sebagai berikut:
1.
Kedudukan akademis setiap peserta didik, baik
dibandingkan dengan teman sekelasnya, sekolahnya, maupun dengan sekolah-sekolah
lain.
2.
Kemajuan belajar dalam suatu mata pelajaran
tertentu, misalnya tauhid, tarkh, fikih dan lain-lain.
3.
Kelemahan dan kelebihan yang dimiliki peserta
didik.
Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar
memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan
pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi tida, yakni: ranah kognitif, ranah efektif, fan ranah psikomotorik
(Davies, 1986:97; Jarolimek dan Foster, 1981 : 148).
2.1.6 Prosedur Evaluasi
Prosedur
evaluasi dapat dibagi atas beberapa langkah, langkah tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
b. Pengumpulan
data
c. Verivikasi
data
d. Analisis
e. Penafsiran
data
Masalah pertama yang harus dilakukan dalam langkah
perencanaan ialah merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dilaksanakan dalam
suatu proses belajar mengajar yang didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai
dalam program belajar mengajar tersebut.
Setelah diketahui tujuan instruksional yang akan dicapai maka
masalah yang kedua adalah menetapkan aspek-aspek yang harus dinilai. Penentuan
aspek yang harus dinilai ditentukan oleh tujuan evaluasi yang dilaksanakan,
yakni untuk memperoleh bahan informasi yang cukup lengkap tentang peserta didik
dengan sendirinya harus diadakan evaluasi terhadap sejumlah aspek tertentu.
Masalah ketiga adalah menentukan metode evaluasi yang akan
dipergunakan. Alat evaluasi ditentukan oleh metode evaluasi yang dipergunakan.
Apabila alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan cukup tersedia, maka tinggal
memilih salah satu dari alat tersebut, sedangkan apabila alat tersebut belum
tersedia, maka harus disusun sendiri alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan.
Masalah evaluasi alat-alat evaluasi merupakan hal yang sangat
penting dalam proses evaluasi karena tepat tidaknya data yang diperoleh sagat
bergantung pada baik tidaknya alat-alat evaluasi yang digunakan.
Masalah kelima adalah menentukan kriteria yang digunakan.
Setelah alat-alat evaluasi dipilih dan disusun serta telah ditetapkan
kriterianya, maka selanjutnya ditentukan frekuensi evaluasinya.
Dalam proses belajar mengajar, pedoman yang tepat untuk
dipergunakan dalam menetapkan frekuensi evaluasi adalah susunan bahan
pelajaran. Jika suatu bahan pelajaran terdiri dari empat unit misalnya, maka
evaluasi terhadap bahan pelajaran itu paling sedikit harus dilaksanakan pada
setiap akhir satu unit.
Langkah-langkah pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa
sublangkah, yaitu pelaksanaan evaluasi, pemeriksaan hasil-hasil evaluasi dan
pemberian tanda-tanda tertentu yang tidak bermakna kuantitatif. Pemberian skor
berarti pemberian tanda-tanda tertentu yang diberi makna kuantitatif.
Data yang diperoleh dalam pengumpulan data masih merupakan
data mentah yang belum dapat diberikan gambaran yang jelas. Agar dapat memberikan
gambaran yang jelas dari evaluasi yang diberikan , maka kode atau skor yang
diperoleh harus dianalisis lebih lanjut.
Sehubungan dengan ini maka teknik-teknik mengolah data perlu
diperhatikan. Teknik data atau analisis data biasanya diklasifikasi menjadi dua
macam, yaitu pengolahan data secaa statistik dan pengolahan data bukan
statistik. Pengolahan data jenis mana yang dipergunakan antaranya tergantung
pada jenis data yang diolah.
Pemerian interprestasi merupakan pernyataan tentang hasil
pengolahan data. Interprestasi tentang hasil evaluasi didasarkan atas kriteria
tertentu yang disebut dengan norma. Norma ini ditetapkan atau disiapkan
terlebih dahulu secara rasional sebelum suatu evaluasi dilaksanakan, tetapi
dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan
evaluasi.
Penggunaan hasil-hasil evaluasi merupakan pokok dari seluruh
prosedur evaluasi dan bergantung pada tujuan evalusi yang dilakukan.
Ada juga yang menyebutkan bahwa prosedur pelaksanaan evaluasi
adalah:
1.
Penyusunan rancangan
2.
Penyusunan instrumen
3.
Pengumpulan data
4.
Analisis data
5.
Penyusunan laporan.
2.2 Evaluasi Nontes
Pada umumnya evaluasi dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu evaluasi tes dan nontes, kedua jenis ini dapat digunakan
untuk menilai ketiga sasaran evaluasi yang dikemukakan diatas. Tetapi pada
kesempatan kali ini penulis hanya akan menerangkan mengenai evaluasi non tes.
2.2.1 Evaluasi Non Tes
Evaluasi
non tes lebih sesuai untuk dipergunakan untuk menilai aspek tingkah laku, alat
untuk evaluasi jenis ini antara lain:
a. Observasi
Yakni pengamatan pada
tingkah laku pada saat situasi tertentu. Observasi dalam situasu yang
sebenarnya atau observasi langsung dan bisa pula dalam situasi buatan atau
observasi tidak langsung. Kedua observasi ini dapat dilaksanakan secara sistematis,
yakni dengan menggunakan pedoman observasi dan bisa pula tanpa pedoman.
Secara umum observasi
dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan-bahan keterangan yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena
yang dijadikan objek pengamatan. Untuk melaksanakan observasi bisa dilakukan
secara langsung oleh observer (observasi langsung), bisa melalui perwakilan
atau perantara, baik teknik maupun alat tertentu (observasi tidak langsung),
dan bisa juga dilakukan observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan
dengan cara ikut bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Dilihat dari kerangka
kerja, observasi dapat dibedakan sebagai berikut:
-
Observasi berstruktur. Semua aktivitas petugas
observasi telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang
berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorinya. Isi dan luas materi
observasi telah ditetapkan dan dibaasi dengan jelas dan tegas
-
Observasi tak berstruktur. Semua aktivitas petugas
observasi hanya dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Kegagalan petugas
observasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
b. Wawancara
Yakni berkomunikasi antara yang
mewawancara dengan subjek yang diwawancara. Untuk memudahkan pelaksanaan perlu
disediakan pedoman wawancara berupa pokok-pokok yang akan ditanyakan. Ada dua
jenis wawancara berstruktur, yaitu:
-
Wawancara terpimpin yang dikenal dengan
wawancara berstruktur.
-
Wawancara tidak terpimpin yang dikenal dengan
wawancara bebas.
Tujuan dari wawancara adalah: a.
untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu;
b. untuk melengkapi penyelidikan ilmiah; c. untuk memperoleh data agar dapat
mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
c. Studi
Kasus / Skala Sikap
Yakni mempelajari
individu dalam periode tertentu secara terus-menerus untuk melihat
perkembangannya. Dan juga merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai
sikap suatu objek. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan
bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari
individu dalam kehidupannya. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berbuat
sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia
sekitarya. Baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu.
Untuk mngatur sikap,
dapat dilakukan dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert.
Ada dua bentuk pernyataan sikap yang menggunakan skala likert ini, yaitu bentuk
pernyataan positif untuk mengukur sikap positif dan bentuk pernyataan negatif
untuk mengukur sikap negatif.
Pengukuran sakala sikap
berbentuk pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2,1 sedangkan bentuk pernyataan
negatif diberi skor 1,2,3,4, dan 5 atau -2,-1,0,1,dan 2. Bentuk jawaban skala
likert ialah; sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju.
d. Skala
Penilaian
Yakni salah satu alat penilaian yang menggunakan
skala yang telah disusun dari ujung yang negatif sampai dengan ujung yang
positif sehingga pada skala tersebut sipenilai tinggal membubuhi tanda cek
saja.
e. Chek
List
Hampir sama dengan skala penilaian, hanya pada skala
ini tidak perlu disusun kriteria dari negatif sampai yang positif, tetapi bukan
dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan diminta dari yang dievaluasi.
f.
Inventory
Yaitu pertanyaan dimana yang ditanyakan
tinggal memilih alternatif jawaban diantara setuju, kurang setuju, dan tidak
setuju.
Bentuk non tes ini adalah untuk mengetahui sikap yang
dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan program bidang studi.
Achievment test yang biasanya dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan dapat dibagi menjadi dua golongan yakni tes lisan (oral tes) dan
tes tertulis (written tes). Test tertulis dibagi atas tes esai dan tes
objektif. Yang dimaksud dengan tes esai adalah tes yang berbentuk pertanyaan
tulisan, yang jawabannya merupakan karangan atau kalimat yang panjang.
Panjangnya kalimat tes itu relatif sesuai dengan kecakapan dan pengetahuan
penjawab. Sedangkan yang dimaksud dengan tes objektif ialah tes yang dibuat
sedemikian rupa sehingga hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, dinilai
oleh siapapun akan menghasilkan skor yang sama. Bentuk tes objektif ada
bermacam-macam, diantaranya:
a.
Compleion
type tes, yang terdiri atas:
1.
Tes melengkapi.
2.
Mengisi titik-titik dalam kalimat yang
dikosongkan.
b.
Selection type test, yang terdiri atas:
1.
True-false (benar-salah).
2.
Muliple choise (pilihan ganda).
3.
Matching (menjodohkan).
Dalam proses belajar mengajar agama terdapat bentuk tes lain dalam
pelaksanaan evaluasi, yakni dengan:
a.
Bentuk ikhtisar,
b.
Bentuk laporan,
c.
Bentuk khusus dalam pelajaran.
Bentuk tes tersebut maksudnya adalah untuk mengukur segi kognitif yang
telah dimiliki oleh para peserta didik. Sedangkan tes perbuatan adalah untuk
mengetahui segi psikomotor yang dimiliki oleh para peserta didik setelah
menempuh program tertentu, adapun tekni pelaksanaannya adalah dengan:
a.
Demonstrasi.
b.
Melakukan kegiatan-kegiatan praktis.
c.
Mencoba mengerjakan gerakan-gerakan yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar.